Agen Terpercaya
 
 
 
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG S A N T O (The Story)

Sadoy

Semprot Kecil
Daftar
7 Dec 2020
Post
76
Like diterima
156
Mudah"an Santo mau menggarap sawah mami nya yang sudah kekeringan 2 bulan, karna di tinggal papi nya, karna sudah punya ternak yang lain....
 

senninrikudo

Senpai Semprot
Thread Starter
Daftar
26 Nov 2017
Post
809
Like diterima
17.868
Lokasi
Where Sex is All We Need
Episode 4
"Unfamiliar Feeling"


Senin, 24 Oktober 2022
Kembali ke POV MC (Main Character / Santo)

Entah udah berapa jam aku tidur. Kulihat udah setengah 11 lewat.

Astaga. Hampir 12 jam aku tertidur.
Perut keroncongan.

Bergegas aku mandi lalu keluar kamar. Udah lapar, tapi jam nanggung.

Di lantai satu aku melihat Bik Surti sedang menyapu, kuhampiri dia lalu aku bilang untuk menyiapkan makanan buatku.

Bik Surti nampak kebingungan menjawab. Pertama dirinya sedang menyapu, tentu apabila ditinggalkan nanti malah jadi ketetaran pekerjaan rumahnya.
Kedua kalau mau minta tolong ke Teh Sri, anaknya, orangnya juga belum datang.
Mau nolak juga gak enak, ini kan majikannya dia.
Paling minta tolong Larsih. Begitu pikirku.

Ketika kulihat Bik Surti hendak memanggil Bik Larsih, tiba - tiba mamih dateng.
Beliau menyuruh Bik Surti melanjutkan aktivitasnya. Makan siangku biar mamih yang bikinin, kata si mamih.

Mau siapapun terserah lah, yang penting aku mau makan, kataku dalam hati.

Sembari menunggu mamih masak. Aku berpikir.
Kenapa aku bisa tidur selama itu? Apa karena puas habis having sex?
Kecapekan?
Masih jetlag? Tapi udah hari kedua aku di rumah.

Atau aku kurang olahraga? Kurang gizi?
Bisa jadi sih. Harus kutambah intensitasnya dari ringan menjadi sedang. Gizi juga mesti kusesuaikan.

Rasanya rada malu. Aku dan Bik Larsih sama - sama menikmati hubungan tadi malam. Tapi Bik Larsih pasti tetap bangun pagi untuk beberes rumah dan lainnya. Apalagi sebelum having sex, Bik Larsih juga seharian beberes. Stamina Bik Larsih oke juga kupikir.

Mamih sudah selesai masak, lalu mulai menghidangkannya. Nasi, sayur, ikan, sambal dabu dabu dan buah. Sederhana saja sih maklum waktunya gak banyak. Yang penting aku bisa makan dulu. Aku pun dengan lahap menyantapnya.

"Heran deh.. Hari ini ada apa sih.. Kamu bangun siang, eh Bik Larsih siang juga, baru bangun jam 8an katanya" - ucap mamih mengagetkanku

Aku kaget tentunya. Mataku melongo. Tapi omongan mamih tidak kujawab. Aku fokus pada makananku. Pura - pura tidak fokus dengan omongan mamih.

"Santo hari ini mau istirahat lagi nak?" tanya mamih

"Enggak deh kayanya mih. Udah kebanyakan tidur." jawabku

"Temenin mamih mau gak?" tanya mamih

"Kemana mams?" tanyaku balik

"Temenin mamih arisan nak" jawab mamih

"Males ah mams" kataku singkat

"Ihh kenapa?" tanya mamih

"Gapapa mams" jawabku singkat

"Ayo dong nak. Sebentar aja. Gak lama kok. Abis itu kita belanja atau nongkrong - nongkrong deh.." mama merajuk

"Males mih. Masa Santo ikut arisan ibu - ibu. Aneh lah mih. Apalagi gak ada temen ngobrol Santo nanti mih." aku beralasan

"Sebentar aja nak.. Pliss.. Santo kan katanya dari kemarin mau temenin mamih.." rayu mamih

Susah nolaknya kalo udah gini. Mamih memandangku dengan mata berbinar sembari tangannya memohon. Malas sebenarnya ikut arisan ibu - ibu. Apa kata orang, gimana pandangan orang nanti, bisa - bisa aku disangka berondong. Begitu pikirku.

Tapi memang aku sayang banget sama perempuan yang melahirkanku ini. Berat nolak kalau ibunda ratu udah sampe segininya minta tolong.

"Iya iya yaudah deh.. Santo temenin mamih.." jawabku dengan sedikit malas

"Yeayy.. gitu dong nak.. makasih ya.." kata mamih

^cupp^ mamih mencium pipi kiriku sambil tangan kirinya dikalungkan di leherku

"Mamih siap - siap dulu deh.. Santo juga mandi terus rapih - rapih ya.." ujar mamih sembari bergegas kembali ke kamar


Siang Harinya
Lewat jam 1 siang


"Tok.. tok.. tok.. Mih.. Mamih.. Udah siap belum?" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mamih

"Bentar lagi nak.. Tunggu ya.." teriak mamih dari dalam kamar

"Oke mihh" jawabku singkat

Cewek gak peduli umurnya kalo lagi siap siap buat pergi gini hampir gak ada bedanya. Pasti lama.

Padahal tadi aku udah males malesan, makan sengaja kulama lamain. Abis makan juga aku gak langsung mandi. Tadi juga aku mandi lebih lama dari biasanya. Udah selesai, udah rapih pun ternyata mamih masih belum beres.. hadehhh..

Sekitar 20 menit kemudian akhirnya mamih keluar dari kamar.

^glek^ aku menelan ludah

Bagaimana tidak. Mamih terlihat amat seksi dan menarik. Sekilas seperti ibu muda usia 20an akhir. Lebih cocok jadi kakakku dari pada jadi mamihku.

Mamih mengenakan tanktop berwarna putih dengan bawahan hotpant berbahan jeans yang sangat pendek lalu outer berupa kemeja warna putih yang tidak dikancing, dihiasi kalung emas model rantai di leher jenjangnya. Dibalut make up tipis yang semakin menegaskan kecantikannya. Hotpant mamih sangat pendek bahkan dari belakang mamih terlihat seperti tidak memakai bawahan karena tertutup outer kemejanya, belahan dada mamih pun terekspos karena kemejanya tidak dikancing. Siapa laki - laki yang tidak nafsu melihat mamih seperti ini, sekalipun aku anaknya sendiri.

Mamih


"Mamih kok seksi amat sih?!" aku sedikit memprotes outfit mamih ini

"Loh kenapa nak? Gak bagus ya? Mamih bingung mau pake apa. Kan biar mamih keliatan lebih muda, biar seimbang sama kamu nak." mamih beralasan

"Iya tapi itu kebuka banget mih. Santo gak suka ah. Nanti kalau diliatin orang - orang gimana?" masih kuprotes outfit mamih ini

"Santo malu ya kalau mamih pakaiannya kaya gini? Santo malu liat mamihnya yang udah tua, peyot gini tapi masih pengen keliatan muda?" ucap mamih dengan nada sedih

Ingin rasanya kuteriakkan. Mamihhh, daripada dipamerin gratisan ke orang orang mending itu buat Santo aja mih.. Eksklusif buat anakmu tersayang ini.. Santo gak rela kecantikan dan tubuh indah mamih dinikmati orang lain...

"Justru sebaliknya mih. Mamih masih cantik, menawan. Dan ehem, seksi juga. Santo gak mau nanti mamih diliatin apalagi dideketin sama hidung belang." ucapku mantap

Mamih tersipu malu. Gestur seperti ini malah menambah pesona mamih. Aku yang susah ini.

Tiba - tiba mamih menggamit lenganku, menggeleyot manja,
"Kan ada anak mamih yang jagain. Ngapain mamih takut" ucapnya melihatku dengan pandangan nanar namun terlihat kuat seolah percaya penuh kepadaku

"Yaudah oke. Mamih jangan jauh - jauh dari Santo." pesanku kepada mamih

Dengan menggunakan mobil sedan, aku mengantar mamih ke tempat arisan.


"Temen arisan mamih pada gak kerja atau gimana? Kok bisa arisan di hari senin gini?" tanyaku sembari menyetir mobil

"Mereka memang punya banyak waktu luang nak. Namanya juga profesional kelas atas, istri pengusaha besar dan ibu - ibu pejabat." jawab mamih

Bayanganku adalah temen arisan mamih isinya ibu - ibu paruh baya, badan gembrot dengan perhiasan sebadan kaya toko emas berjalan.


Namun, perkiraanku salah.

Mamih bilang di mobil, Grup arisannya ada 20 orang (termasuk mamih). Usianya antara 40 sampai 46 tahun. Belum ada yang menginjak 50 tahun.

Ketika kami sampai dan menuju meja yang telah disiapkan, aku tertegun.

Belum semua datang memang. Baru dua belas orang, diluar mamih. Sekitar lima belas menit kemudian, lengkap sudah personil.

Amat berbeda dari yang kubayangkan. Memang mamihku masih menonjol diantara mereka. Namun yang lainnya pun tidak kalah jauh, bahkan ada beberapa yang levelnya hampir sama dengan mamih menurutku.

Aku menelan ludah. Bagian bawah tubuhku terasa hangat dan menggeliat.

Teman arisan mamih sungguh menawan dan mempesona. Bahkan ada yang terlihat seksi di mataku.

Aku duduk di samping mamih dan mamih tidak melepas rangkulannya dariku. Hanya sesekali saja namun setelah itu dirangkulnya kembali.

Terlihat kami seperti sepasang kekasih.

Kukira aku adalah anak muda lelaki sendirian yang datang kesini. Lagi - lagi dugaanku salah, masih ada lima cowo lainnya disini. Tetapi tidak ada anak gadis. Aku sedikit curiga. Namun fokusku hanyalah kepada mamih. Mamih gak boleh sampai di buat sesat oleh perempuan - perempuan ini, pikirku.

"Sya. Itu siapa? Cowokmu? Kenalin ke kita - kita dong.." ucap teman mamih yang berada persis di samping kirinya (kuberikan kode tante 1)

"Iya Sya. Kamu katanya gak mau main sama brondong. Eh taunya langsung bawa yang keren dan gagah kesini, hihihi...." ucap teman mamih yang berada di sisi kiri tante 1 (sebut saja tante 2)

"Hushh! Jangan ngaco kalian! Ini Santo. Anak semata wayangku." jawab mamih tegas

Seluruh teman mamih melongo memandang kami. Mamih tersenyum sombong sepertinya sangat bangga memperkalkan aku ke semua teman arisannya.

Teman mamih yang di sisi kananku tiba - tiba mencubit perutku (tante 3).

"Duh Sya. Perut anakmu keras sekali. Rajin olahraga ya?" katanya

Mamih tidak menjawab, ia menggulung tisu lalu melemparnya ke tante 3.

Tante 3 malah tertawa.

Tidak lama acara arisan dimulai. Aku tidak begitu memperhatikan. Lebih makan saja, pikirku.

Ketika selesai kocokan arisan, Grup arisan ini mengobrol ria. Aku juga termasuk menjadi bahan obrolan. Kulihat mamih sedikit sulit menanggapi. Banyak diantara mereka yang hendak menjodohkanku dengan putrinya, ponakannya bahkan pegawai teladan di perusahaan mereka.

Sama sepertiku, pemuda yang dibawa para tante tersebut juga hanya diam. Sekilas terbersit pertanyaan di pikiranku. Berbeda dengan mamih yang dengan tegas memperkenalkanku sebagai anaknya, para pemuda itu tidak diperkenalkan oleh tante yang membawanya. Ah bukan urusanku juga, batinku.

Ketika kulihat mamih mulai jenuh, kukode mamih dengan menyentuh tangannya. Mamih melihatku, kukode dengan mengedipkan mata dan menganggukan kepala.

Mamih kemudian izin kepada semua teman arisannya untuk pulang lebih dahulu. Tentu saja mereka mencegah. Namun mamih memaksa dengan mengemukakan sejuta alasan sampai akhirnya mereka mengalah.


Selesai arisan mamih mengajakku berbelanja. Mungkin lebih tepatnya menemani dia belanja.

Sebagai anak berbakti tentu aku menurut saja.

Mamih terlihat bahagia. Raut wajahnya seolah merasakan kelegaan. Membuatku sedikit penasaran.

Mamih juga membelikanku berbagai macam barang. Selama mamih senang, aku ikut saja pikirku.

Kami juga memutuskan untuk makan malam di luar. Sebuah restoran yang cukup mahal. Hampir seluruh pengunjung adalah pasangan pria dan wanita. Kulihat hanya 1 meja saja yang diisi keluarga.

Momen ini begitu romantis. Kadang mamih menyuapi makanan ke mulutku, aku membalasnya secara otomatis.

Rona merah di pipi mamih. Raut wajah puasnya. Senyum indah di bibirnya. Serta binar mata bahagianya malah melahirkan sensasi aneh di dadaku.

Berbeda. Ini berbeda. Bukan lagi rasa antara ibu dan anak melainkan rasa antara pria dan wanita. Entah apakah mamih merasakan hal yang sama.

Aku ingin mencegah namun tak kuasa melawan suasana. Biarlah, hanya untuk hari ini saja.

Selesai makan malam kami kembali ke rumah. Papih sudah pulang, sudah tertidur pulas. Kubawa barang belanjaan ke dalam rumah sekaligus pamit ke mamih untuk beristirahat.

^cupp^ mamih mengecup pipi kiriku

"Selamat istirahat anakku sayang.." ucap mamih
"Selamat istirahat mamihku sayang.." balasku mengikuti alur percakapan mamih

Tiba - tiba mamih menggenggam erat telapak tanganku lalu melepaskannya dan bergegas masuk ke dalam kamar.

__End of Episode 4​
 

Tote

Tukang Semprot
Daftar
13 Feb 2019
Post
1.399
Like diterima
1.456
Harus dilanjut suhu... sepertimya banyak wanita2 yang menunggu kontol santo 😆
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Top
We are now part of LS Media Ltd