Chapter 6 - miss college
Tersentak dari lamunan gue, ternyata tanpa sadar gue sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitan gue terhenti sampai disini. Ruangan gue berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi gue tunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapa gue. "Hai Rakha.!" gue pun menoleh, ternyata yang menyapa gue adalah Dina. "Hai juga" jawab gue sambil lalu karena masih dalam keadaan panik. "kemana aja lo gak pernah telepon, gak pernah sms, sms gue gak di bales?" tanya Dina sedikit kesal .
"Akkuuuu gakk punya pulsaaaaa" jawab gue sambil menirukan ucapan di iklan kartu as hehe..
"ah dasar lo hahaha ,Kerah baju lo terlipat tuh" kata Dina. Sadar, gue lalu membenarkan posisi kerah kemeja putih gue serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeans Cheap Monday gue. "Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti lo buru – buru ya?" kata Dina lagi. "Iya nih, biasa Pak Daru" jawab gue. "Mmh" Dina hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka guepun masuk ke dalam lift. Ternyata Dina juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada kami berdua, mata gue iseng memandangi tubuh Dina. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik. Tubuh putih mulusnya itu dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat, memperlihatkan branya yang berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. ukuran toket besar. Ia juga mengenakan celana blue jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milik gue.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dina turun sambil menyunggingkan senyumnya kepada gue. Gue pun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup gue sempat melihat Dina masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. gue juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe...
Setelah itu lift pun tertutup dan membawa gue ke lantai 6, tempat ruang kuliah gue berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliah gue seharusnya berada, gue tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi "kuliah Pak Daru ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen"
Sialan, kata gue dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan gue malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, gue tiba – tiba saja teringat akan Dina. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Dina masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Dina masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. gue pun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Dina yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arah gue, tersenyum dan bertanya "Hai Rakha sayang, ngga jadi kuliah?" "Kuliahnya diundur" jawab gue singkat. Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. gue memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suara gue, suara Dina, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar gue mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dina.
Penasaran, gue segera mendekati Dina. "Dina, lagi ngapain sendirian disini?" "Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi." "Eh, kebetulan lo, udah pernah ngerjain tugas gue kan?" Tanya Dina sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.
gue mengangguk singkat. "Bisa ajarin gue ngga caranya, gue dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?" pinta Dina. Gue pun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada gue bengong, pikir gue. Mulanya saat gue ajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai.
"Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Rakha, udah ngerepotin lo." Kata Dina ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya.
" eh Din kemarin malem gue dinner ma cewek din hehehe" kata gue
"Ohhh yaaaa siapa Khaa? Anak mana?" Tanya Dina.
"namanya Indah anak kampus sini juga, kayaknya gue jatuh cinta deh ma dia"
"Sieeee cuit..cuit... ternyata Rakha bisa jatuh cinta juga ya..cemburu deh gue, gak ada yang temenin gue lagi entar hehe.." kata Dina sambil tersenyum.
" ah elo ya gak lah..lo gue anggep kakak gue yang paling cantik n sexy hohoho..
Oya kalo lo lagi mupeng gpp kok minta ama adik Rakha hehe" kata gue genit.
"ih bisa aja lo...kapan mupengnya gue yaa..emmmuach" Dina mencium gue.
"ohh lagi minta jatah ne si mbak Dina"
, Dina pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas paha gue dengan posisi berhadapan, daerah mekinya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan konti gue yang juga masih berada didalam celana gue dengan nikmatnya. Bagian toketnya seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajah gue. Kami berciuman kembali sambil tangan gue melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dada gue. "mmhh.. mmmhh.." hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, gue pun mengangkat tubuh Dina sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Gue pun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas – remas gundukan toketnya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tangan gue. "Aaah, Rakha..." Erangannya yang manja makin membuat gue bergairah. Gue buka kaos serta branya sehingga Dina pun sekarang telanjang dada. Gue pun terbelalak melihat kecantikan toketnya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang. "Rakha..." katanya sambil menekan kepala gue kearah toketnya. Gue pun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu. Tangan gue pun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah toketnya. Kadang bibir gue mengulum putting toketnya. Kadang bongkahan toketnya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulut gue seolah gue ingin menelannya, dan itu membuat badan Dina menggelinjang. "Aaahh... SShhh..." gue mendongak keatas dan melihat Dina sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibir gue di toketnya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan "pekerjaan gue" di dadanya.
Puas menyusu, gue pun menurunkan ciuman gue kearah pusarnya. Lalu ciuman gue makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Gue pun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan mekinya yang begitu gemuk dari pandangan gue. Akupun mendekatkan hidung gue ke arah mekinya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Si mbak satu ini sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diri gue dapat merasakan miliknya Dina.
gue pun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dina memang sudah horny karena servis gue. Dengan cepat gue pun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut. "Mmhhh... Ooggghh..." Dina mengerang menikmati jilatan gue. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dina gurih, sedikit asin namun enak menurut gue. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
"Buka aja celana dalam gue" kata Dina. Mendengar restu tersebut guepun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Dina benar – benar bugil, sedangkan gue masih berpakaian lengkap..mekinya terpampang jelas di depan mata gue , berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, guepun segera melahap mekinya, menjilati bibir mekinya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjuk gue ke dalamnya. Berhasil..! gue menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dina terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini. "Emmh, please don't stop" kata Dina dengan mata terpejam. "OOuucchh..." Rintih Dina di telinga gue sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya."Ssshhh...Ahhh", balas gue merasakan nikmatnya mekinya Dina yang makin basah. Sambil terus meremas toket besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepala gue, seolah menginginkan gue untuk menjilati mekinya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepala gue. Tak lama kemudian, "Uuuhhh.. Dina mau ke... lu... ar..." seiring erangannya mekinya pun tiba – tiba membanjiri mulut gue mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Gue pun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis. "Slruuppp..." suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Dina terdengar terengah – engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah guepun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
"Mmhh, Rakha... makasih ya lo udah bikin gue keluar." "lo malah belum buka baju sama sekali, curang" kata Dina. "Gantian sini." Setelah berkata lalu Dina mendorong tubuh gue sehingga gue duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalam gue. Dina langsung mengulum kepala kontigue. Rasanya sungguh nikmat sekali. "mmh Din kamu nikmat banget..." katague. Iapun menjelajahi seluruh penjuru konti gue dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah konti gue, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakark gue. "aah... uuhh... " hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung konti gue dan berusaha memasukkan konti gue sepanjang – panjangnya kedalam mulutnya. Gue pun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang konti gue hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka baju gue sendiri gue mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan gue sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing konti guememasuki liang kemaluannya. "Rakha sayang, guemasukin ya.." kata Dina bergairah. Lalu iapun menduduki konti gue, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh batang konti gue terbenam ke dalam liang mekinya.
Iapun terus menaik – turunkan mekinya sambil kedua tangannya bertumpu pada dada gue "Pak.. pak... pak.. sruut.. srutt.." bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali gue menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupangan gue.
"Dina, ganti posisi dong" kata gue. Lalu Dina berdiri dan segera gue posisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang mekinya yang memerah tampak semakin menggairahkan. guepun segera memasukkan konti gue dari belakang. "aahh, pelan – pelan sayang" kata Dina. guepun menggenjot tubuhnya sampai toketnya berguncang – guncang dengan indahnya. "Aaahhkk...Rakha...Ooucchhhkgg..Ermmmhhh" suara Dina yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuat gue semakin tidak berdaya menahan pertahanan konti gue. "Ooohh...yeahh ! fu*k me like that...uuhh...i'm your bitch now !" erang Dina liar.
"Aduhh.. aahh.. gila Dina.. enak banget!" ceracau gue sambil merem-melek. "Oohh.. terus Rakha.. kocok terus" Dina terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. "Yak.. dikit lagi.. aahh.. Rakha.. udah mau" Dina mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. "Din.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh" geram gue dengan mempercepat gerakan.
"Enak nggak kha?" tanyanya lirih kepada gue sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mata gue. "Gila.. enak banget din.. terusin sayang, yang kencang.." Tangan gue yang masih bebas gue gerakkan kearah toketnya untuk meremas – remasnya. Sesekali tangan gue memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
"uuhh.. sshh.. Din, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?" Tanya gue. "uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan" kata Dina. Makin lama goyangan konti gue makin dalam dan makin cepat.. "Masukin yang dalem dooo...ngg...", pintanya. guepun menambah kedalaman tusukan konti gue, sampai pada beberapa saat kemudian. "aahh... Khaaa.. kita keluarin sekarang..." Dina berkata sambil tiba – tiba cekikan mekinya pada konti gue terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar. Gue pun tak mampu membendung sperma pada konti gue dan akhirnya gue tembakkan beberapa kali ke dalam liang mekinyanya. Rasa hangat memenuhi konti gue, dan disaat bersamaan guepun memeluk Dina dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya gue pun mengeluarkan konti gue dari dalam mekinya. gue menyodorkan konti gue ke wajah Dina dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang penis gue. gue menyandarkan tubuh gue pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapan gue. Dina tersenyum sambil terus mengocok batang konti gue
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi.
Tanpa menghiraukan mata kuliah Pak Daru, Tak lupa gue mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu gue pun pulang ke kostan setelah mengantarkan Dina ke kostannya menggunakan mio soul gue.
############################################################################################################
Tersentak dari lamunan gue, ternyata tanpa sadar gue sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitan gue terhenti sampai disini. Ruangan gue berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi gue tunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapa gue. "Hai Rakha.!" gue pun menoleh, ternyata yang menyapa gue adalah Dina. "Hai juga" jawab gue sambil lalu karena masih dalam keadaan panik. "kemana aja lo gak pernah telepon, gak pernah sms, sms gue gak di bales?" tanya Dina sedikit kesal .
"Akkuuuu gakk punya pulsaaaaa" jawab gue sambil menirukan ucapan di iklan kartu as hehe..
"ah dasar lo hahaha ,Kerah baju lo terlipat tuh" kata Dina. Sadar, gue lalu membenarkan posisi kerah kemeja putih gue serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeans Cheap Monday gue. "Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti lo buru – buru ya?" kata Dina lagi. "Iya nih, biasa Pak Daru" jawab gue. "Mmh" Dina hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka guepun masuk ke dalam lift. Ternyata Dina juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada kami berdua, mata gue iseng memandangi tubuh Dina. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik. Tubuh putih mulusnya itu dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat, memperlihatkan branya yang berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. ukuran toket besar. Ia juga mengenakan celana blue jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milik gue.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dina turun sambil menyunggingkan senyumnya kepada gue. Gue pun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup gue sempat melihat Dina masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. gue juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe...
Setelah itu lift pun tertutup dan membawa gue ke lantai 6, tempat ruang kuliah gue berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliah gue seharusnya berada, gue tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi "kuliah Pak Daru ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen"
Sialan, kata gue dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan gue malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, gue tiba – tiba saja teringat akan Dina. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Dina masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Dina masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. gue pun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Dina yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arah gue, tersenyum dan bertanya "Hai Rakha sayang, ngga jadi kuliah?" "Kuliahnya diundur" jawab gue singkat. Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. gue memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suara gue, suara Dina, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar gue mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dina.
Penasaran, gue segera mendekati Dina. "Dina, lagi ngapain sendirian disini?" "Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi." "Eh, kebetulan lo, udah pernah ngerjain tugas gue kan?" Tanya Dina sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.
gue mengangguk singkat. "Bisa ajarin gue ngga caranya, gue dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?" pinta Dina. Gue pun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada gue bengong, pikir gue. Mulanya saat gue ajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai.
"Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Rakha, udah ngerepotin lo." Kata Dina ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya.
" eh Din kemarin malem gue dinner ma cewek din hehehe" kata gue
"Ohhh yaaaa siapa Khaa? Anak mana?" Tanya Dina.
"namanya Indah anak kampus sini juga, kayaknya gue jatuh cinta deh ma dia"
"Sieeee cuit..cuit... ternyata Rakha bisa jatuh cinta juga ya..cemburu deh gue, gak ada yang temenin gue lagi entar hehe.." kata Dina sambil tersenyum.
" ah elo ya gak lah..lo gue anggep kakak gue yang paling cantik n sexy hohoho..
Oya kalo lo lagi mupeng gpp kok minta ama adik Rakha hehe" kata gue genit.
"ih bisa aja lo...kapan mupengnya gue yaa..emmmuach" Dina mencium gue.
"ohh lagi minta jatah ne si mbak Dina"
, Dina pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas paha gue dengan posisi berhadapan, daerah mekinya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan konti gue yang juga masih berada didalam celana gue dengan nikmatnya. Bagian toketnya seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajah gue. Kami berciuman kembali sambil tangan gue melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dada gue. "mmhh.. mmmhh.." hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, gue pun mengangkat tubuh Dina sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Gue pun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas – remas gundukan toketnya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tangan gue. "Aaah, Rakha..." Erangannya yang manja makin membuat gue bergairah. Gue buka kaos serta branya sehingga Dina pun sekarang telanjang dada. Gue pun terbelalak melihat kecantikan toketnya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang. "Rakha..." katanya sambil menekan kepala gue kearah toketnya. Gue pun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu. Tangan gue pun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah toketnya. Kadang bibir gue mengulum putting toketnya. Kadang bongkahan toketnya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulut gue seolah gue ingin menelannya, dan itu membuat badan Dina menggelinjang. "Aaahh... SShhh..." gue mendongak keatas dan melihat Dina sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibir gue di toketnya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan "pekerjaan gue" di dadanya.
Puas menyusu, gue pun menurunkan ciuman gue kearah pusarnya. Lalu ciuman gue makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Gue pun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan mekinya yang begitu gemuk dari pandangan gue. Akupun mendekatkan hidung gue ke arah mekinya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Si mbak satu ini sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diri gue dapat merasakan miliknya Dina.
gue pun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dina memang sudah horny karena servis gue. Dengan cepat gue pun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut. "Mmhhh... Ooggghh..." Dina mengerang menikmati jilatan gue. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dina gurih, sedikit asin namun enak menurut gue. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
"Buka aja celana dalam gue" kata Dina. Mendengar restu tersebut guepun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Dina benar – benar bugil, sedangkan gue masih berpakaian lengkap..mekinya terpampang jelas di depan mata gue , berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, guepun segera melahap mekinya, menjilati bibir mekinya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjuk gue ke dalamnya. Berhasil..! gue menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dina terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini. "Emmh, please don't stop" kata Dina dengan mata terpejam. "OOuucchh..." Rintih Dina di telinga gue sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya."Ssshhh...Ahhh", balas gue merasakan nikmatnya mekinya Dina yang makin basah. Sambil terus meremas toket besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepala gue, seolah menginginkan gue untuk menjilati mekinya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepala gue. Tak lama kemudian, "Uuuhhh.. Dina mau ke... lu... ar..." seiring erangannya mekinya pun tiba – tiba membanjiri mulut gue mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Gue pun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis. "Slruuppp..." suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Dina terdengar terengah – engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah guepun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
"Mmhh, Rakha... makasih ya lo udah bikin gue keluar." "lo malah belum buka baju sama sekali, curang" kata Dina. "Gantian sini." Setelah berkata lalu Dina mendorong tubuh gue sehingga gue duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalam gue. Dina langsung mengulum kepala kontigue. Rasanya sungguh nikmat sekali. "mmh Din kamu nikmat banget..." katague. Iapun menjelajahi seluruh penjuru konti gue dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah konti gue, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakark gue. "aah... uuhh... " hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung konti gue dan berusaha memasukkan konti gue sepanjang – panjangnya kedalam mulutnya. Gue pun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang konti gue hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka baju gue sendiri gue mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan gue sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing konti guememasuki liang kemaluannya. "Rakha sayang, guemasukin ya.." kata Dina bergairah. Lalu iapun menduduki konti gue, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh batang konti gue terbenam ke dalam liang mekinya.
Iapun terus menaik – turunkan mekinya sambil kedua tangannya bertumpu pada dada gue "Pak.. pak... pak.. sruut.. srutt.." bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali gue menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupangan gue.
"Dina, ganti posisi dong" kata gue. Lalu Dina berdiri dan segera gue posisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang mekinya yang memerah tampak semakin menggairahkan. guepun segera memasukkan konti gue dari belakang. "aahh, pelan – pelan sayang" kata Dina. guepun menggenjot tubuhnya sampai toketnya berguncang – guncang dengan indahnya. "Aaahhkk...Rakha...Ooucchhhkgg..Ermmmhhh" suara Dina yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuat gue semakin tidak berdaya menahan pertahanan konti gue. "Ooohh...yeahh ! fu*k me like that...uuhh...i'm your bitch now !" erang Dina liar.
"Aduhh.. aahh.. gila Dina.. enak banget!" ceracau gue sambil merem-melek. "Oohh.. terus Rakha.. kocok terus" Dina terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. "Yak.. dikit lagi.. aahh.. Rakha.. udah mau" Dina mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. "Din.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh" geram gue dengan mempercepat gerakan.
"Enak nggak kha?" tanyanya lirih kepada gue sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mata gue. "Gila.. enak banget din.. terusin sayang, yang kencang.." Tangan gue yang masih bebas gue gerakkan kearah toketnya untuk meremas – remasnya. Sesekali tangan gue memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
"uuhh.. sshh.. Din, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?" Tanya gue. "uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan" kata Dina. Makin lama goyangan konti gue makin dalam dan makin cepat.. "Masukin yang dalem dooo...ngg...", pintanya. guepun menambah kedalaman tusukan konti gue, sampai pada beberapa saat kemudian. "aahh... Khaaa.. kita keluarin sekarang..." Dina berkata sambil tiba – tiba cekikan mekinya pada konti gue terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar. Gue pun tak mampu membendung sperma pada konti gue dan akhirnya gue tembakkan beberapa kali ke dalam liang mekinyanya. Rasa hangat memenuhi konti gue, dan disaat bersamaan guepun memeluk Dina dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya gue pun mengeluarkan konti gue dari dalam mekinya. gue menyodorkan konti gue ke wajah Dina dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang penis gue. gue menyandarkan tubuh gue pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapan gue. Dina tersenyum sambil terus mengocok batang konti gue
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi.
Tanpa menghiraukan mata kuliah Pak Daru, Tak lupa gue mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu gue pun pulang ke kostan setelah mengantarkan Dina ke kostannya menggunakan mio soul gue.
############################################################################################################